Thursday, November 29, 2012

resiko jadi guru

Bukan mudah untuk jadi guru jaman sekarang,..anak murid semakin manja dan berani sementara wali murid pula sangat sayang anak.silap haribulan jumpa di pengadilan dan masuk internet....

Menurut MR (42), salah satu wali murid
yang mendatangi sekolah, mengatakan,
guru tersebut sering memberikan hukuman
yang tidak wajar pada siswanya.
"Menampar, memukul dengan

Thursday, November 22, 2012

sekolah layak huni satu kemestian

SISWA Sekolah Dasar Negeri 2 Pageralang
Kecamatan Kemranjen terpaksa harus
mengakhiri belajar mereka karena kondisi
ruang untuk belajar yang tidak layak. Selain
atas sekolah yang sudah membayakan
untuk dihuni, hujan membuat lantai di
sekolah tersebut becek. Mereka, menambah
daftar kondisi buruk yang dialami
masyarakat negeri ini dalam menerima
layanan pendidikan.
Berita tentang sekolah rusak seperti SD
Negeri 2 Pageralang itu (Satelitpost, 20/11),
sudah seringkali ditulis oleh berbagai media
cetak, bahkan terekam dalam berita media
elekronik. Saking seringnya, banyak
kemungkinan bahwa di antara kita sudah
menjadikan pemberitaan semacam itu
sebagai berita yang tidak mengejutkan.
Berita ini terkadang dianggap ‘kalah’
penting untuk dibaca dibandingkan dengan
isu-isu lain yang menghiasi berbagai surat
kabar. Padahal, jika melihat pentingnya
dasar pendidikan bagi kemajuan sumber
daya manusia, itulah fondasi yang harus
dibangun secara kokoh.
Adapun untuk membangun sistim
pendidikan yang baik harus dimulai dari
beberapa hal penting. Sarana menjadi satu
dari sekian langkah yang harus dibenahi.
Tak terkecuali di wilayah Kabupaten
Banyumas. Masih adanya siswa SD yang
tidak bisa belajar dengan nyaman di
sekolahnya adalah indikasi kuat betapa
wajah pendidikan di wilayah ini masih
tampak buram.
Mari kita melihat data. Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyumas menyebutkan, tahun
2010/2011 untuk sekolah-sekolah negeri
dari mulai jenjang TK hingga sekolah
lanjutan atas masih menyisakan masalah
dalam hal infrastruktur. Tercatat ada 2.438
bangunan sekolah yang mengalami
kerusakan. Terdiri dari rusak ringan dan
rusak berat. Sedangkan di sekolah swasta,
terdapat 622 sekolah yang rusak dari
berbagai jenjang. Entah disebabkan karena
keterbatasan infrastruktur atau hal lain,
angka putus sekolah juga akhirnya
menempati posisi yang cukup tinggi
sebanyak 498 siswa. Itulah fakta, bahwa
sektor pendidikan sebenarnya belum secara
optimal dipikirkan sebagai prioritas dalam
roda pembangunan di daerah.
Untuk menyelesaikan sekaligus semua
persoalan infrastruktur pendidikan dalam
waktu yang cepat memang tidaklah mudah.
Tetapi, seharusnya juga muncul kesadaran
dari pemerintah selaku penyelenggara
anggaran negara untuk bisa memilah-milah
mana yang seharusnya dijadikan skala
prioritas.
Jika pembangunan gedung mewah, atau
infrastruktur lain sekiranya tidak begitu
penting dirasakan oleh masyarakat luas,
maka skala prioritas jelas harus lebih berat
untuk dialokasikan pada perbaikan sekolah-
sekolah yang rusak. Saya pikir tidak ada
gunanya trotoar di pinggiran kota
direnovasi dengan begitu cantiknya namun
ruang-ruang kelas di pelosok perdesaan
masih menyisakan masalah berupa lantai
becek dan atap bocor di mana-mana.
Sudah saatnya semua tergerak. Bukan hanya
dari pemerintah, tetapi wakil rakyat sebagai
bagian dari pemerintahan itu sendiri wajib
memiliki rasa tanggung jawab sosial
terhadap nasib rakyatnya. Terlepas dari
mereka, masyarakat juga bisa berjuang
melalui hak suara dalam Pemilukada 2013
yang nantinya akan menentukan pemimpin
masa depan Banyumas. Harapan besar bagi
masyarakat, pemimpin yang diberi amanah
nantinya bisa memerjuangkan apa yang
menjadi kebutuhan rakyatnya terutama
dalam membenahi persoalan pendidikan.
(aga.satelitpost@gmail.com)